KARYA ILMIAH

Judul Karya Ilmiah:
1. ACTIVE LEARNING
2. EVALUASI TES HASIL PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI
3. E-LEARNING (Pembelajaran Elektronik)
4. EVALUASI BELAJAR BERBASIS ICT (INFORMATION & COMMUNICATION TECHNOLOGY)





ACTIVE LEARNING

(Strategi Pembelajaran Berbasis Student Centered)

oleh: Dr. Hartono, M.Pd

A. Latar Belakang
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merobah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung.
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran di sekolah.
Menyadari kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk mencari dan merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh anak didik. Strategi pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi belajar aktif (active learning strategy).

B. Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning Strategy)

1. Pengertian
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio (1984) menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie (1986) menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir.
Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang diungkapkan Konfucius:

-Apa yang saya dengar, saya lupa
-Apa yang saya lihat, saya ingat
-Apa yang saya lakukan, saya paham

Ketiga pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi pembelajaran.
Mel Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu:

-Apa yang saya dengar, saya lupa
-Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
-Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham

-Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan
-Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai

Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan guru), karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan. Otak manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke dalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi yang ia terima, sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat diingat dengan baik.
Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan sampai 171% dari ingatan semula. Dengan penambahan visual di samping auditori dalam pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin kuat sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena fungsi sensasi perhatian yang dimiliki siswa saling menguatkan, apa yang didengar dikuatkan oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat dikuatkan oleh audio (pendengaran). Dalam arti kata pada pembelajaran seperti ini sudah diikuti oleh reinforcement yang sangat membantu bagi pemahaman anak didik terhadap materi pembelajaran.
Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan kanan korteks otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena itu sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran sadar seseorang (Win Wenger, 2003:12-13). Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.
Thorndike (Bimo Wagito, 1997) mengemukakan 3 hukum belajar, yaitu:
1. law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons.
2. law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan maka hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lancar
3. law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu diulang.
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik. Kesediaan dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam pembelajaran akan mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus yang mereka terima dalam proses pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons, sehingga respons yang ditimbulkan akan menjadi kuat. Hal ini akan memberi kesan yang kuat pula pada diri anak didik, sehingga mereka akan mampu mempertahankan respons tersebut dalam memory (ingatan) nya. Hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri anak didik, sehingga mereka cenderung akan mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari hal ini adalah anak didik mampu mempertahan stimulus dalam memory mereka dalam waktu yang lama (longterm memory), sehingga mereka mampu merecall apa yang mereka peroleh dalam pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun.
Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.
Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa, 2004:241)
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa perbedaan antara pendekatan pembelajaran Active learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran konvensional, yaitu :

Pembelajaran konvensional (PK)
Pembelajaran Active learning (PA)
PK=Berpusat pada guru
PA=Berpusat pada anak didik
PK=Penekanan pada menerima pengetahuan
PA=Penekanan pada menemukan
PK=Kurang menyenangkan
PA=Sangat menyenangkan
PK=Kurang memberdayakan semua indera danpotensi anak didik
PA=Membemberdayakan semua indera dan potensi anak didik
PK=Menggunakan metode yang monoton
PA=Menggunakan banyak metode
PK=Kurang banyak media yang digunakan
PA=Menggunakan banyak media
PK=Tidak perlu disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada
PA=Disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada

Perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan strategi pembelajaran active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di kelas.
Selain itu beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggta kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dalam konteks ini, maka ditawarkanlah strategi-strategi yang berhubungan dengan belajar aktif. Dalam arti kata menggunakan teknik active learning (belajar aktif) di kelas menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar siswa.

2. Aplikasi Active learning (belajar aktif) dalam Pembelajaran
L. Dee Fink (1999) mengemukakan model active learning (belajar aktif) sebagai berikut.
Dialog dengan diri sendiri adalah proses di mana anak didik mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang dipelajari. Mereka menanyakan pada diri mereka sendiri mengenai apa yang mereka pikir atau yang harus mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan mengenai topik yang dipelajari. Pada tahap ini guru dapat meminta anak didik untuk membaca sebuah jurnal atau teks dan meminta mereka menulis apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, apa pengaruh bacaan tersebut terhadap diri mereka.
Dialog dengan orang lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial sebagaimana yang terjadi pada pengajaran tradisional, tetapi dialog yang lebih aktif dan dinamis ketika guru membuat diskusi kelompok kecil tentang topik yang dipelajari.
Observasi terjadi ketika siswa memperhatikan atau mendengar seseorang yang sedang melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan apa yang mereka pelajari, apakah itu guru atau teman mereka sendiri
Doing atau berbuat merupakan aktivitas belajar di mana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat suatu eksperimen, mengkritik sebuah argumen atau sebuah tulisan dan lain sebagainya.
Ada banyak metode yang dapat digunakan dalam menerapkan active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di sekolah. Mel Silberman (2001) mengemukakan 101 bentuk metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran aktif. Kesemuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai oleh anak. Metode tersebut antara lain Trading Place (tempat-tempat perdagangan), Who is in the Class?(siapa di kelas), Group Resume (resume kelompok), prediction (prediksi), TV Komersial, the company you keep (teman yang anda jaga), Question Student Have (Pertanyaan Peserta Didik), reconnecting (menghubungkan kembali), dan lain sebagainya.
Dalam kesempatan ini penulis mencoba menyajikan beberapa model pembelajaran aktif yang disajikan Silberman.

1. Pengajaran Sinergetik (Synergetic Teaching)
Metode ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada siswa membandingkan pengalaman-pengalaman (yang telah mereka peroleh dengan teknik berbeda) yang mereka miliki.
Prosedur :
a. Bagi kelas menjadi dua kelompok
b. Salah satu kelompok dipisahkan ke ruang lain untuk membaca topik pelajaran
c. Kelompok yang lain diberikan materi pelajaran yang sama dengan metode yang diinginkan oleh guru.
d. Pasangkan masing-masing anggota kelompok pembaca dan kelompok penerima materi pelajaran dari guru dengan tugas menyimpulkan/meringkas materi pelajaran.

Kartu Sortir (Card Sort)
Metode ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi.
Prosedur :
a. Masing-masing siswa diberikan kartu indek yang berisi materi pelajaran. Kartu indek dibuat berpasangan berdasarkan definisi, kategori/kelompok, misalnya kartu yang berisi aliran empiris dengan kartu pendidikan ditentukan oleh lingkungan dll. Makin banyak siswa makin banyak pula pasangan kartunya.
b. Guru menunjuk salah satu siswa yang memegang kartu, siswa yang lain diminta berpasangan dengan siswa tersebut bila merasa kartu yang dipegangnya memiliki kesamaan definisi atau kategori.
c. Agar situasinya agak seru dapat diberikan hukuman bagi siswa yang melakuan kesalahan. Jenis hukuman dibuat atas kesepakatan bersama.
d. Guru dapat membuat catatan penting di papan tulis pada saat prosesi terjadi.

2. GROUP TO GROUP EXCHANGE
Prosedur:
Pilih sebuah topik yang mencakup perbedaan ide, kejadian, posisi, konsep atau pendekatan untuk ditugaskan. Topik haus mengembangkan sebuah pertukaran pandangan atau informasi (kebelikan teknik aktif debat)
Contoh :
Dua pertempuran terkenal selama perang saudara
Ide dua orang penulis atau lebih
Tahapan perkembangan anak
Cara-cara yang berbeda pengembangan nutrisi
Perbedaan sistem perorganisasian komputer
Bagilah kelas ke dalam kelompok sesuai jumlah tugas. 2 sampai 4 kelompok cocok untuk aktivitas ini. Berikan cukup waktu mempersiapkan bagaimanamereka dapat menyajikan topik yang telah mereka kerjakan
Ketika fase persiapan selesai, mintalah kelompok memilih seorang juru bicara menyampaikan kepada kelompok lain.
Setelah presentasi singkat, doronglah peserta bertanya pada presenter atau tawarkan pandangan mereka sendiri.
Lanjutkan sisa presentasi agar setiap kelompok memberikan informasi dan merespon pertanyaan juga komentar peserta. Bandingkan dan bedakan pandangan serta informasi yang saling ditukar. Setelah presentasi kelompok diarahkan untuk menganalisis mengapa terjadi perbedaan.

3.WRITING IN THE HERE AND NOW
PROSEDUR :
Pilih jenis pengalaman yang akan ditulis siswa. Seperti : problem baru, peristiwa keluarga, hari pertama di pekerjaan baru, presentasi, pengalaman dengan teman, situasi belajar.
Informasikan kepada peserta didik tentang pengalaman yang telah dipilih untuk tujuan penulisan deskriptif
Persiapkan permukaan yang jelas untuk ditulis. Bangunlah privacy dan ketenangan
Perintahkan peseta didik menulis, saat sekarang, tentang pengalaman yang telah dipilih.
Berilah waktu yang cukup untuk menulis. Peserta didik seharusnya tidak merasa terburu-buru. Setelah mereka selesai ajaklah mereka untuk membacakan tentang refleksinya di sini dan sekarang.
Diskusikan tindakan-tindakan baru yang bisa mereka lakukan di masa depan.



DAFTAR BACAAN

Bonwell, Charles C., dan James A. Eison, Active Learning: Creating Excitement in the Classroom, http://www.gwu.edu/eriche.
Dee Fink, L., Active Learning, reprinted with permission of the Oklahoma Instructional Development Program, 1999, http://www.edweb.sdsu.edu/people/bdodge/Active/ActiveLearning.html
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2002.
McKeachie W., Teaching Tips: A Guidebook for the Beginning College Teacher, Boston, D.C. Health, 1986.
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004.
Pollio, H.R., “What Students Think About and Do in College Lecture Classes” dalam Teaching-Learning Issues No. 53, Knoxville, Learning Research Centre, University of Tennesse, 1984.
Silberman, Mel, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (terjemahan Sarjuli et al.) Yogyakarta, YAPPENDIS, 2004.
Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, Andi Offset, 1997.
Wenger, Win, Beyond Teaching and Learning, Memadukan Quantum Teaching & Learning, (terjemahan Ria Sirait dan Purwanto), Nuansa, 2003.
Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta, Gaung Persada Press, 2003.







EVALUASI TES HASIL PEMBELAJARAN 
DI PERGURUAN TINGGI
Oleh : Dr. Hartono, M.Pd



PENGOLAHAN TES HASIL BELAJAR

A. Pengolahan Lembar Jawaban Tes Objektif
Analisis tes hasil belajar bentuk objektif dapat diketahui dari dua kriteria atau dua parameter, yaitu indeks kesukaran dan indeks daya diskriminasi. Menurut Fernandes (1984) analisis tes meliputi tingkat kesukaran tes, daya beda, dan efektifitas pengecoh. Analisis juga untuk menguji efektifitas distraktor pada setiap butir soal untuk menentukan apakah setiap distraktor yang dibuat sudah berfungsi dengan baik. Hasil analisis ini akan menghasilkan suatu keputusan apakah butir soal itu nantinya dapat dipakai, diperbaiki atau dibuang.
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya beda dan efektifitas distraktor pada soal bentuk objektif adalah dengan menggunakan analisis psikometrik klasik. Teori tes klasik mempunyai beberapa kelemahan, antara lain perhitungan tingkat kesukaran dan daya pembeda soal sangat bergantung pada sampel yang digunakan dalam analisis. Kondisi sampel sangat mempengaruhi hasil analisis, bila sampel yang digunakan memiliki rentang dan sebaran kemampuan yang tinggi maka hasil analisisnya akan berbeda dengan rentang dan sebaran kemampuan siswa yang rendah. Sebagai contoh daya pembeda soal akan tinggi bila tingkat kemampuan siswa sangat bervariasi atau mempunyai rentang kemampuan yang besar. Sebaliknya daya pembeda soal akan kecil bila tingkat kemampuan siswa mempunyai rentang kemampuan yang kecil. Oleh karena itu kondisi sampel sangat mempengaruhi perhitungan statistik yang dihasilkannya.
Guna mengatasi kelemahan dari teori tes klasik, maka langkah yang dapat ditempuh adalah berhati-hati dalam mengambil sampel. Dengan kata lain sampel yang digunakan harus benar-benar mewakili (representatif) dari populasi. Bila sampel yang digunakan tidak representatif maka akibatnya hasil analisis tidak bisa digeneralisasikan pada populasi. Berikut ini akan dibahas karakteristik tes yang akan menentukan kualitas tes.
1. Tingkat Kesukaran
Untuk menghitung tingkat kesukaran (p) cara yang paling mudah dan paling umum digunakan adalah jumlah peserta tes yang menjawab benar pada soal yang dianalisis dibandingkan dengan peserta tes seluruhannya.
Untuk menentukan butir soal tersebut mudah, sedang atau sukar dapat digunakan kriteria sebagai berikut : (Bahrul Hayat, 1997)

Tabel Tingkat Kesukaran Soal
Proportion correct (p) dan Kategori Soal
P > 0,70 = Mudah
0,30 < 70 =" Sedang" 30 =" Sukar" p =" 0,600" d =" niT" nit =" Banyaknya" nt =" Banyaknya" nir =" Banyaknya" nr =" Banyaknya" d =" pT" 40 =" Bagus" 39 =" Bagus" 29 =" Belum" 20 =" Jelek" 100 =" 80">



B. Pengolahan Lembar Jawaban Tes Essay

1. Cara Memeriksa tes Essay
Memeriksa tes bentuk essay lebih sulit dibandingkan dengan bentuk tes objektif. Siapapun yang menilai lembar jawaban tes objektif hasilnya pasti sama. Sedangkan memeriksa tes essay hasilnya bisa berbeda kalau yang memeriksa orangnya berbeda, sekalipun kriteria jawaban yang tepat sudah ditetapkan. Itu sebabnya bentuk tes ini disebut dengan tes subjektif.
Untuk menghindari faktor subjektifitas maka sebaiknya sebelum memeriksa lembar jawaban dipersiapkan dulu kriteria jawaban yang benar. Ada dua cara yang bisa dilakukan dalam memeriksa lembar jawaban tes objektif.
Lembar jawaban diperiksa perorang. Maksudnya setelah selesai memeriksa punya si A dan diberi skor lalu memeriksa punya si B, lalu si C dan seterusnya.
Lembar jawaban diperiksa nomor demi nomor. Misalnya satu lokal terdiri dari 30 orang, maka pemeriksaan lembar jawaban dilakukan mulai nomor satu pada seluruh lembar jawaban essay. Setelah selesai dilanjutkan dengan nomor dua untuk seluruh lembar jawaban mahasiswa demikian seterusnya.
Bila dibandingkan cara pertama dengan cara kedua maka cara kedua lebih objektif. Sedangkan cara pertama lebih subjektif. Oleh karena itu sebaiknya untuk memperoleh hasil yang lebih objektif gunakan cara kedua.

2. Pemberian Skoring pada tes Essay
Pemberian skoring dapat dipilih dari beberapa skala pengukuran, misalnya skala 1-4, 1-10 dan 1-100. Sebaiknya jangan memberikan skor nol. Mulailah skoring dari angka 1. Semakin tinggi skala pengukuran yang digunakan maka hasilnya semakin halus dan akurat. Pemberian skor ini berlaku sama untuk semua nomor soal.
Setelah menetapkan skoring langkah selanjutnya adalah menetapkan pembobotan sesuai dengan tingkat kesukaran soal. Sebaiknya gunakan skala 1-10. misalnya soal yang mudah diberi bobot 2, sedang bobotnya 3 dan soal yang sulit bobotnya 5.
Ada juga yang melakukan penilaian lembar jawaban tidak mengikuti cara di atas, dimana setiap soal langsung diberi bobot nilai tanpa mempertimbangkan skala pengukuran. Sehingga skala pengukuran tiap item tidak sama.
Proses penetapan skornya adalah sebagai berikut:
1. skor setiap Item diperoleh dengan cara nilai setiap item dikali Bobot.
2. Jumlahkan total nilai (skor kerja) setiap item lalu dibagi dengan skor ideal.
Untuk lebih jelasnya berikut akan diberikan contoh perhitungan.


Nilai rata-rata sebelum diberi bobot adalah 35/6 = 5,833
Nilai rata-rata setelah diberi bobot adalah 104/35 = 2,971
Pemberian bobot dalam pengolahan lembar jawaban soal essay sangat penting, karena skor diberikan benar-benar atas dasar kemampuan. Kenyataan juga menunjukkan bahwa setiap item tes tingkat kesukarannya berbeda.

C. Penetapan Nilai dan Kelulusan Hasil belajar


Menetapkan nilai hasil belajar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan acuan patokan dan menggunakan acuan norma. Masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu sebaiknya dipakai keduanya dengan cara bergantian.
Perhitungan skor di atas masih dalam bentuk skor mentah, oleh karena itu hasil perhitungannya perlu diolah lagi guna menentukan nilai akhir. Setidak-tidak nya ada dua fungsi yaitu:
menentukan posisi dan prestasi atau nilai siswa dibandingkan dengan kelompoknya.
menentukan batas kelulusan berdasarkan kriteria yang ditentukan.
Untuk menentukan batas kelulusan setidak-tidaknya dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu batas lulus aktual, batas lulus ideal dan batas lulus purposif. Berikut akan dijelaskan secara ringkas.
Batas lulus aktual
Batas lulus aktual didasarkan pada nilai rata-rata aktual yang dicapai oleh kelompok mahasiswa, yang perlu dihitung adalah nilai rata-rata dan standar deviasinya. Skor yang dinyatakan lulus adalah skor di atas X + 0,25SD.
Batas lulus ideal
Batas lulus ideal hampir sama dengan batas lulus aktual, karena batas lulus ideal juga menggunakan rata-rata dan simpangan baku. Bedanya batas lulus ideal rata-ratanya ditentukan setengah dari skor maksimum. Sedangkan simpangan baku sepertiga dari nilai rata-rata ideal.
Batas lulus purposif
Batas lulus purposif mengacu pada penilaian acuan patokan, sehingga tidak perlu menghitung nialai rata-rata dan simpangan bakunya. Nilai dibuat berdasarkan kriteria tertentu yang sudah ditetapkan. Misalnya batas kelulusan adalah skor di atas 75% dari skor maksimum. Misalnya nilai maksimum mahasiswa di kelas 80. maka batas kelulusannya adalah 75% x 80 = 60. jadi mahasiswa yang dinyatakan lulus adalah yang nilainya lebih dari 60. sedangkan mahasiswa yang nilainya kurang dari 60 dinyatakan tidak lulus.
D. Konversi Hasil Scoring Menjadi Nilai Akhir
Kesalahan sering terjadi pada pemberian nilai akhir, dimana hasil skoring dianggap sebuah nilai akhir. Padahal seharusnya hasil skoring tersebut harus dikonversi dulu menjadi nilai akhir dalam bentuk skala yang sudah ditetapkan sebelumnya, dalam bentuk skala 1-4, skala 1-10 dan skala 1-100. berikut akan dibahas cara mengkonversi hasil skor menjadi nilai akhir.

Konversi Sederhana
Cara ini sangat sederhana dan mengabaikan tingkat ketelitian dan keakuratan data, tidak mustahil akan terjadi kesalahan interpretasi. Karena cara ini mengabaikan tingkat variansi kemampuan mahasiswa. Misalnya kriteria yang digunakan dalam bentuk persentase.
Nilai 10 bila mencapai angka 100%
Konversi dengan Menggunakan Mean dan Standar Deviasi
Cara ini lebih akurat karena sudah mempertimbangkan tingkat variansi hasil belajar, sehingga nilai akhir sangat ditentukan oleh kelompoknya. Bila standar deviasinya kecil maka interval nilainya juga kecil. Sebaliknya bila standar deviasinya besar, maka interval nilainya juga besar. Konversi cara ini biasanya dilakukan untuk penilaian standar 10 dan standar 4 atau standar huruf.
Kriteria yang digunakan untuk melakukan konversi skor mentah menjadi standar 10 adalah sebagai berikut:
M + 2,25 (SD) = 10
M + 1,75 (SD) = 9
M + 1,25 (SD) = 8
M + 0,75 (SD) = 7
M + 0,25 (SD) = 6
M - 0,25 (SD) = 5
M - 0,75 (SD) = 4
M - 1,25 (SD) = 3
M - 1,75 (SD) = 2
M - 0,25 (SD) = 1

Catatan : M = Mean atau nilai rata-rata
SD = Standar Deviasi

Kriteria yang digunakan untuk melakukan konversi skor mentah menjadi standar 4 atau standar huruf adalah sebagai berikut:



E. Penetapan Nilai Akhir Semester
Penetapan nilai akhir semester biasanya berdasarkan total nilai mandiri, terstruktur, mid semester dan semester. Setelah diperoleh totalnya lalu di konversi menjadi huruf. Persoalan biasanya timbul saat menetapkan interval nilai A,B, C dan D. Untuk menetapkan interval seharusnya dimulai dari batas kelulusan.
Misalnya batas kelulusan adalah 60. lebih dari atau sama dengan 60 dinyatakan lulus. Kurang dari 60 tidak lulus. Maka perhitungan intervalnya adalah sebagai berikut.
1. Hitung range skor tertinggi dengan skor terendah, dalam hal ini skor tertinggi (H)100 terendah (L) 60. R = H – L = 100 – 60 = 40
2. Tetapkan banyak intervalnya, misalnya yang dinyatakan lulus minimal C. nilai yang dinyatakan lulus adalah A, B, C. Bararti banyak nya interval adalah 3.
3. Menentukan rentang interval.



4. Membuat interval nilai
Jika kita menginginkan nilai plus dan minus diperhitungkan maka proses penetapan intervalnya sebagai berikut:
1. Hitung range skor tertinggi dengan skor terendah, dalam hal ini skor tertinggi (H)100 terendah (L) 60. R = H – L = 100 – 60 = 40
2. Tetapkan banyak intervalnya, misalnya yang dinyatakan lulus minimal -C. nilai yang dinyatakan lulus adalah A+, A, A-, B+, B, B-, C+, C, C-. Bararti banyak nya interval adalah .
3. Menentukan rentang interval.
4. Membuat interval nilai



Dari dua contoh di atas menunjukkan bahwa semakin banyak interval yang digunakan (menggunakan plus dan minus) maka nilai yang ditetapkan semakin halus. Sebaliknya semakin sedikit interval yang digunakan (tidak menggunakan plus dan minus) maka nilai yang ditetapkan semakin kasar.F. 

Penutup
Demikianlah uraian ringkas tentang pengolahan nilai hasil belajar. Apa yang sudah dipaparkan adalah menurut konsep dan teori evaluasi pendidikan sepanjang yang penulis ketahui. Masih ada hal-hal lain yang seharusnya dimasukkan dalam tulisan ini antara lain bagaimana mengolah nilai yang menggunakan non tes, uji kurva normal, Z skor dan T skor, mengubah data ordinal menjadi data interval dll. Namun karena keterbatasan waktu hanya ini yang bisa disajikan. Kalau ada kelemahan dan kesalahan mohon kritik dan saran yang membangun. Mudah-mudahan tulisan kecil ini bermanfaat bagi peserta workshop evaluasi pembelajaran.





E-LEARNING
(Pembelajaran Elektronik)

A. LANDASAN E-LEARNING

1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 No. 15 Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.
3. Pasal 35 Ayat 1 Standar sarana dan prasarana pendidikan mencakup ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, dan sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

B.  KONDISI MAHASISWA


      Mahasiswa sekarang ini bersosialisasi dengan cara yang sangat-sangat berbeda dibanding orang tuanya. Per-tahun statistiknya mengagetkan:
1. lebih dari 10,000 jam bermain videogames,
2. lebih dari 200,000 pesan berupa (SMS, instant messages dan email) dikirim dan diterima,
3. lebih 10,000 jam bicara di HP,
4. lebih dari 20,000 jam menonton TV,
5. Lebih kurang 5,000 jam membaca buku.


C.  SOFTWARE (APLIKASI) E-LEARNING

Software atau aplikasi yang bisa digunakan untuk E-Learning antara lain adalah:
1.   Adept         http://sourceforge.net/projects/ adept
2.   Blackboard http://www.blackboard.com/
3.   Bolinos      http://www.med-ia.ch/med-ia/bolinos/
4.   BSCW       http://bscw.gmd.de/
5.   Claroline    http://www.claroline.net/
6.   ClassAct & ClassCampus http://www.ljgroup.com
7.   ClassWeb http://classweb.ucla.edu/
8.   Colloquia   http://www.colloquia.net/
9.   CoMentor http://comentor.hud.ac.uk
10. COSE     http://www.staffs.ac.uk/COSE
11. eCollege http://www.ecollege.com
12. Eledge     http://eledge.sourceforge.net/
13. Fle3       http://fle3.uiah.fi/
14. FirstClass      http://www.softarc.com/
15. Freestyle Learning Home 3.0   http://pcwi122.uni-muenster.de/fsl/index.php
    16. ILIAS       http://www.ilias.uni-koeln.de/ios/index.html

Portal e-learning kini banyak dikembangkan dengan menggunakan LMS (Learning Management System). Moodle merupakan salah satu LMS open source yang sangat populer. Moodle dapat dengan mudah dipakai untuk mengembangkan portal sistem e-learning. Dengan Moodle, portal e-learning dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.

Perkembangan Teknologi Informasi (TI) sudah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pada bidang Pendidikan,dampak yang muncul ialah kegiatan belajar dan mengajar yang dikenal dengan konsep e-learning. Di sini, dibahas secara singkat salah satu aplikasi e-Learning yang ada, yaitu MOODLE.

D. PENGERTIAN MOODLE

MOODLE adalah paket software yang diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis internet dan website. MOODLE terus mengembangkan rancangan sistem dan desain user interface setiap minggunya (up to date). MOODLE tersedia dan dapat digunakan secara bebas sebagai produk open-source dibawah lisensi GNU. MOODLE merupakan singkatan dari Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment yang berarti tempat belajar dinamis dengan menggunakan model berorientasi objek. Dalam penyediannya MOODLE memberikan paket software yang lengkap (MOODLE + Apache + MySQL + PHP) yang dapat di download di:
http://download.moodle.org/download.php/windows/MoodleWindo
wsInstaller-latest-17.zip


Moodle diciptakan oleh 
Martin Dougiamas, yang menulis seluruh kode program dalam bahasa PHP, untuk disertasi doktoral di Curtin University Australia tahun 2002. Siapa penemu Moodle? Awalnya huruf “M” di akronim Moodle adalah huruf pertama dari nama awal Dougiamas, yaitu Martin.








E.  FASILITAS E-LEARNING

          Pembahasan selanjutnya akan dijabarkan beberapa fasilitas yang disediakan oleh Moodle, anatara lain:

1.  pendaftaran sebagai pengguna baru,
2.  mengubah profil pribadi,
3.  mengubah setting
4. course,
5. memasukkan materi pembelajaran,
6. membuat tugas,
7. membuat quiz,
8. membuat forum.
9. chat.
10.dan lain-lain.

Untuk lebih jelasnya proses penggunaan E-Learning dapat di baca buku Panduan Pembelajaran Elektronik (E-Learning) disusun Dr. Hartono, M.Pd yang diterbitkan oleh Pusat Komputer (Puskom) UIN Suska Riau.



EVALUASI BELAJAR BERBASIS ICT
(INFORMATION & COMMUNICATION TECHNOLOGY)
Oleh : Dr. Hartono, M.Pd.

Pembelajaran berbasis ICT saat ini sudah menjadi kebutuhan dunia pendidikan, karena proses pembelajaran menjadi lebih efisien dan efektif. Siswa juga menjadi lebih tertarik karena sesuai dengan kehidupan mereka yang sehari-harinya memanfaatkan teknologi. Siswa dapat berdiskusi, chatting, mengirim pesan (SMS) menggunakan teknologi jaringan komputer dan internet.
Proses pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi diantaranya adalah E-Learning (Electronik Learning). E-Learning sudah banyak digunakan di Sekolah dan Perguruan Tinggi yang sudah memiliki pasilitas yang mendukung, diantaranya adalah Lokal Area Network dan jaringan internet. Pembahasan berikut penekanannya adalah bagaimana evaluasi pembelajaran dilakukan dengan menggunakan ICT, meliputi proses dan pengolahan tes hasil belajar.

Membuat format Ujian (evaluasi) menggunakan E-Learning

Evaluasi berbasis ICT dengan menggunakan E-Learning dapat dilakukan bila pembelajarannya juga berbasis E-Learning. Proses Pembelajaran dengan memanfaatkan  ICT akan sangat membantu guru dalam memanfaatkan waktu dan komunikasi yang lebih efisien dan tanpa batas. Pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif. Siswa dapat melakukan diskusi jarak jauh dengan sesama teman dan guru.
Guru dapat menguji kemampuan siswa dengan membuat serangkaian pertanyaan. Ada beberapa jenis tes yang dapat digunakan oleh guru antara lain pilihan berganda, benar-salah, isian, essay, menjodohkan, dll.
Lakukan setting bentuk tes yang akan digunakan selanjutnya barulah mengisi pertanyaan-pertanyaan. Mulailah dengan meng-klik menu Add an activity pada pertemuan tertentu (misalnya pertemuan ke-8).



Klik-lah pada menu pilihan Quiz, beberapa saat kemudian akan muncul tampilan berikut:





Guru harus melakukan pengaturan quis dengan mengisi kotak-kotak yang tersedia,
antara lain: 
    a.  Open the quiz: Tanggal dan jam dimana quiz mulai tersedia.
    b.  Close the quiz: Tanggal dan jam dimana quiz sudah ditutup (selesai).
    c.  Time limit: Lamanya waktu penyelesaian quiz.
    d.  Time delay between first and second attempt: Jarak waktu yang diperbolehkan mengulagi Quiz untuk yang kedua kalinya.
    e.  Time delay between later attempts: Jarak waktu yang diperbolehkan mengulagi
Quiz selanjutnya.
    f.  Question per page: Jumlah soal/pertanyaan pada setiap halaman.
    g. Shuffle questions: Pertanyaan dapat disajikan secara acak setiap kali quiz diakses.
    h. Shuffle answers: Jawaban (untuk soal pilihan berganda dan menjodohkan) dapat
diacak setiap kali suatu soal diakses.
    i.  Attempts allowed: Jumlah maksimum pengguna boleh mencoba mengulangi quiz.
    j.  Each attempt builds on the last: Pilihan Yes berarti setiap menjawab soal ulangan akan dipengaruhi hasil jawaban sebelumnya.
    k. Adaptive mode: Untuk pilihan Yes, bila jawaban salah, siswa diperbolehkan
menjawab suatu soal berkali-kali hingga betul, akan tetapi akan ada penalti setiap
kali jawaban salah.
    l.  Grading method: Untuk soal yang boleh diulang, cara menentukan nilai akhir dapat dipilih misalnya: nilai tertinggi, rerata, pertama, atau terakhir.
    m. Apply penalties: Pilihan ini berkaitan dengan Adaptive mode yang dipilih Yes.
    n.  Decimal digits in grade: Banyaknya angka dibelakang koma dari suatu nilai.
    o.  Student may review: Pilihan ini akan mengatur kapan siswa dapat mengetahui
respon, skor, umpan balik, jawaban yang benar, dll.
    p.  Show quiz in a "secure" window: Soal akan ditampilkan dalam windows khusus
guna mengurai kemungkinan siswa berbuat curang.
    q.  Require password: Password dapat diberikan pada Quiz.
    r.   Require network address: IP address yang boleh mengakses Quiz bisa dimasukkan.

Setelah selesai melakukan pengisian dan menekan tombol “Save changes”, maka akan muncul halaman editing QUIZ sebagai berikut.



Untuk lebih jelasnya proses penggunaan E-Learning dapat di baca buku Panduan Pembelajaran Elektronik (E-Learning) disusun Dr. Hartono, M.Pd yang diterbitkan oleh Pusat Komputer (Puskom) UIN Suska Riau.

Silahkan dicoba ....

PROFIL PENERBIT & TOKO BUKU ZANAFA

Logo Zanafa



PROFIL ZANAFA
Motto : “Bersama Mencerdaskan Anak Bangsa” 

ZANAFA adalah usaha yang bergerak dibidang penerbitan dan penjualan buku (Distributor dan Toko Buku).Saat ini ada dua jenis usaha yang sudah berjalan, yaitu penerbit ZANAFA PUBLISHING dan Toko buku ZANAFA.
Penerbit ZANAFA PUBLISHING sudah menerbitkan lebih dari 100 judul buku baik yang diterbitkan sendiri maupun yang bekerjasama dengan lembaga pendidikan (Sekolah dan Perguruan Tinggi) dan penerbit terkemuka tingkat nasional. Buku-buku yang diterbitkan meliputi semua bidang ilmu, baik buku  agama maupun buku umum. Pemasaran buku-buku terbitan zanafa dilakukan melalui distributor Adipura Yogyakarta dan Nusa Media Bandung. Dua distributor ini memasarkan buku-buku terbitan zanafa ke seluruh wilayah Indonesia, baik toko buku tradisional maupun toko buku moderen.
Toko buku ZANAFA dibuka secara resmi tanggal 15 Mei 2009. Walaupun persiapan dan operasionalnya sudah dimulai sejak tahun 2008 di Jl. HR. Subrantas Panam Tampan Pekanbaru.Saat ini toko buku zanafa sedang akan mengembangkan usaha dengan membuka cabang di wilayah Pekanbaru dan sekitarnya dengan memilih tempat yang strategis.

Toko Buku Panam Pekanbaru

A.    LATARBELAKANG BERDIRINYA
Owner zanafa memulai usaha sejak tahun 1998 di Yogyakarta. Setelah menyelesaikan pendidikan di STTKOM (Sekolah Tinggi Teknik Komputer) Yogyakarta langsung membuka usaha service komputer, rental komputer, Jual beli komputer baru maupun second dan Assesoris komputer serta desain grafis dengan nama BETA KOMPUTER. Usaha di bidang komputer ini rencananya akan diteruskan dan dikembangkan di Pekanbaru, namun setelah membaca pasar dan survei di lapangan peluangnya agak kecil untuk bersaing dengan kompetitor yang ada. Peluang usaha perbukuan nampaknya lebih menjanjikan di bandingkan komputer. Akhirnya memutuskan masuk ke usaha perbukuan dengan membuat penerbitan dan toko buku. Awal 2008 planning disusun dengan menjalin kerjasama dengan berbagai penerbit, distributor dan suplayer seluruh Indonesia, begitu juga penentuan tempat usaha penerbit dan toko buku memilih lokasi yang strategis walaupun biaya operasionalnya agak mahal.
Tahun 2008 di Pekanbaru belum ada toko buku dengan konsep toko buku diskon seperti Sosial Agency Baru (SAB) Yogyakarta, Toga Mas, dan toko buku diskon di Palasari Bandung dll. Zanafa mencoba membuat konsep toko buku diskon semua buku dengan harga penerbit. Selama ini konsep diskon yang berkembang di masyarakat adalah barang dinaikkan dulu baru didiskon. Zanafa ingin mematahkan pandangan seperti itu, bahwa diskon toko buku zanafa adalah diskon yang sesungguhnya dengan tidak menaikkan harga buku. Katalog penerbit sengaja diletakkan di kasir untuk membuktikan bahwa diskon zanafa adalah diskon yang benar tidak ada rekayasa harga.
Usaha penerbitan dan toko buku juga di dorong oleh semangat untuk membantu pemerintah mencerdaskan anak bangsa. Hal ini menjadi motto zanafa yaitu: BERSAMA MENCERDASKAN ANAK BANGSA. Namun untuk mencapai maksud tersebut tentu banyak menghadapi berbagai persoalan antara lain, krisis ekonomi, rendahnya daya beli masyarakat, rendahnya semangat baca masyarakat dan harga buku yang semakin mahal. Oleh karena itu sebagai warga negara perlu melakukan usaha-usaha antara lain adalah:
  1. Membuat toko buku diskon guna membantu masyarakat mendapatkan buku murah dan mudah mendapatkan dengan pelayanan prima.
  2. Menciptakan rasa bangga dan bergengsi berkunjung ke toko buku.
  3. Menciptakan budaya cinta buku dan gemar membaca.
  4. Memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menulis buku dan diterbitkan secara nasional, sehingga dikenal di seluruh Indonesia.
B.    NAMA
Nama ZANAFA yang terkesan kearab-araban sesungguhnya tidak punya arti khusus, karena nama itu diambil dari nama putra-putri pemilik usaha (Owner) yaitu ZAKI (Ahmad Zaki), NADA (Nada Fitria) dan FAHMA (Fahma Zakiyah).

C.     V I S I
Menjadi penerbit yang handal dan toko buku yang unggul dalam memberikan pelayanan ke konsumen.

 D.    M I S I
  1. Memberi kemudahan bagi konsumen untuk mendapatkan buku-buku berkualitas dengan harga bersaing.
  2. Menciptakan imej sebagai toko buku yang nyaman dan bergengsi, sehingga masyarakat merasa senang dan bangga berkunjung ke toko buku.
  3. Memberikan pelayanan prima kepada pengunjung dengan selalu memperbaharui koleksi buku yang dijual di toko buku .
  4. Memberi kesempatan kepada penulis-penulis di Riau untuk dapat bersaing dengan penulis lainnya di Indonesia.
E.      TEMPAT USAHA
Tempat usaha ZANAFA berada di kompleks Metropolitan City (MTC) seluas 70.000m2. Sedangkan ZANAFA menempati gedung 3 lantai, lebar 15 m dan panjang 17m, sehingga luas seluruhnya 255 m2 x 3lantai = 765 m2.  Toko buku ZANAFA membagi display penjualan terdiri dari Lantai 1 untuk buku umum, Perguruan Tinggi, sekolah dan assesoris komputer. Lantai 2 untuk buku agama, buku anak-anak, atk, MP3, kalkulator dll., sedangkan lantai 3 untuk kantor Toko buku Zanafa dan penerbit ZANAFA PUBLISHING.

F.    FAKTOR PENDUKUNG
 Ada beberapa hal yang mendukung keberhasilan toko buku ZANAFA, yaitu:
1.  Lokasi tempat usaha
Tempat merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam mendukung kesuksesan penjualan produk yang dipasarkan toko buku, mengingat toko buku ZANAFA berada di Pusat bisnis strategis dan terpadat di Pekanbaru, yang terdiri dari mall giant dan ratusan usaha pendukung dalam bentuk kounter-kounter, dimana kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi dari kompleks ini, maka toko buku ZANAFA menjadi salah satu pilihan masyarakat memenuhi kebutuhan Sekolah, Pondok Pesantren, Perguruan Tinggi dan Masyarakat umum mencari Alat Tulis Kantor dan literatur-literatur yang dibutuhkan.
2. Lembaga-Lembaga Pendidikan
Ada 2 perguruan tinggi besar yang sangat dekat dengan kompleks ini, yaitu UNRI (Universitas Riau) lk. 300m, UIN SUSKA (Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau) lk. 1,5 Km, Pondok Pesantren Darel Hikmah lk. 300m, disamping itu ada Akademi Perbankkan dan STIE lk 500m, Akademi Farmasi lk. 700m, dan ada SD, MI, MTs, SMP, SMA, SMKK yang tidak terlalu jauh dari lokasi. Sehingga keberadaan toko buku Zanafa akan menunjang kebutuhan siswa, mahasiswa guru dan lembaga pendidikan di sekitarnya.
3.  Persaingan
Di daerah Panam Pekanbaru belum ada toko buku yang lengkap dan besar, sehingga toko buku ZANAFA diharapkan dan diupayakan menjadi satu-satunya toko buku yang memiliki koleksi buku yang lengkap dan besar sehingga menjadi pilihan utama masyarakat.
4.  Toko Buku Diskon
Toko buku ZANAFA adalah satu-satunya toko buku dengan konsep toko buku diskon, sesuai dengan misinya membantu dan merangsang siswa, mahasiswa dan masyarakat membeli buku-buku yang diperlukan. Diskon diberikan sepanjang masa dari 5% s/d 75%.
5.  Tampilan dan Pelayanan
Toko buku ZANAFA berpenampilan elegan dan moderen, kesan tampilan luar yang mewah dan interior ruangan yang didesain oleh ahlinya membuat siapapun nyaman berada di dalamnya, pengunjung akan dimanjakan dengan mudahnya mencari katalog buku lewat komputer dan suasana nyaman full AC menambah betah berlama-lama di dalamnya untuk mencari buku-buku yang diperlukan.

G.    KERJASAMA
Managemen ZANAFA bekerjasama dengan suplayer, distributor, dan penerbit bahkan dengan siapapun yang punya kepedulian membantu masyarakat menyediakan buku murah, dengan mempertimbangkan aspek saling menguntungkan ke dua belah pihak. Selama ini ada tiga model kerjasama yang sudah dilakukan, yakni pembelian cash, kredit dan konsinyasi.

H.   PRODUK YANG DI JUAL
Toko buku ZANAFA menjual buku-buku dan barang-barang yang berhubungan dengan pendidikan, yaitu Buku umum, buku agama, buku pelajaran SD,SMS,SMA, Alat Tulis Kantor, Buku tulis, Majalah, alat peraga, MP3, Kalkulator,  alfalink  dan lain-lain. Berdasarkan katalog yang ada di program komputer sebagai pendukung operasional toko buku Zanafa, saat ini sudah menjual  43.548 produk (judul buku dan barang lainnya), setiap judul buku terdiri dari 5-10 eksemplar.

I.  SISTEM MANAGEMENT
Managemen toko buku Zanafa menggunakan sistem komputerisasi, pembukuan barang-barang yang masuk dan laporan penjualan dilakukan dengan sistem komputerisasi dengan membuat software khusus yang dirancang dan dibuat oleh ahlinya. Sumber daya manusia juga dipilih melalui seleksi dan dibina secara empirik, dengan latar belakang pendidikan dari SMA/MA sampai sarjana (S-1) management dan akutansi yang berkompeten.

J. ALAMAT
Alamat toko buku ZANAFA adalah:
Jl. HR. Subrantas Kompleks Metropolitan City(MTC)/Giant Blok A 39-41 Tampan Pekanbaru Riau. Telp. 0761-589935,  0761-589936 Fax. O761-589990 HP. 082387916640, Website: zanafa.com  Email: marketing@zanafa.com

Pekanbaru, Januari 2013


ZANAFA